top of page

JERMAN DAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI INDONESIA

  • Writer: Nelson Ferish
    Nelson Ferish
  • Jan 3, 2017
  • 3 min read

Kita sadari, Indonesia sebagai sebuah entitas masyarakat yang mejemuk merupakan negara berkembang yang belum bisa dikatakan negara maju. Dari kualitas pendidikan, pertumbuhan dan pertambahan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, tingkat pengangguran tinggi serta kualitaas hidup rendah, hal ini mengakibatkan sistem sosial budaya Indonesia naik turun.

Terdapat sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perubahan perkembangan sosial dan budaya masyarakat Indonesia, yaitu kekuatan dari dalam masyarakat sendiri, seperti pergantian generasi, pola hidup konsumtif, tata sosial yang tidak teratur serta peranan nilai yang diubah. Adapula kekuatan yang berawal dari luar masyarakat, seperti pengaruh komunikasi antar budaya secara langsung maupun penyebaran nilai-nilai kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya memicu perkembangan sosial budaya masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka.

Mari kita ambil contoh negara Jerman dimana kehidupan masyarakatnya sudah tergolong maju dan modern. Kebanyakan mereka mempunyai pendidikan yang baik, taraf hidup yang tinggi serta ruang gerak yang luas untuk mengatur kehidupan secara individual, dan dengan kualitas yang mereka miliki itu tentu memberikan hal-hal positif yang patut diteladani. Salah satunya adalah tentang budaya kedisiplinan masyarakatnya, dalam hal ini budaya membuang sampah dan sistem pengelolaannya. Jika dilakukan perbandingan antar kedua budaya ini terkait kesadaran akan pengelolaan sampah, akan terlihat berbeda jauh. Kondisi yang terjadi di Indonesia sudah sangat memprihatinkan.

Pemerintah Indonesia seharusnya tidak hanya memberi ancaman hukum melalui UU tapi juga memberikan solusi. Program yang diberikan sebenernya terbilang bagus namun kurang jelas dalam implementasinya. Terlebih jika masyarakatnya itu sendiri memiliki kesadaran yang kurang tentang bagaimana mengelola sampah, sistem yang dibentuk pemerintah akan menjadi sia-sia.

Di Jerman, pemerintahnya menghimbau untuk melakukanpengelolaan sampah rumah atau limbah rumah tangga, memberi aturan larangan penimbunan limbah biodegradeble atau recycable serta pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Sampah dibuang pada tempat yang yang berbeda sesuai jenisnya, mulai dari sampah plastik, kertas, biomull atau sampah yang membusuk dan restmull atau sampah yang tidak bisa didaur ulang. Di sejumlah tempat, tersedia tempat sampah untuk botol atau gelas bekas yang dipisahkan berdasarkan warna. Ada pula tempat sampah khusus membuang pakaian bekas.

Terkait sistem daur ulang sampah, pemerintah Jerman telah menjalankannya lebih dari 20 tahun dan boleh dibilang berjalan mulus. 78 persen sampah kota dapat didaur ulang menjadi energi. Jika dirata-ratakan, 71 persen sampah di Jerman kini sudah berhasil didaur ulang. Dari penjelasan tersebut terlihat komitmen pemerintah Jerman sangat kuat dalam hal pengelolaan sampah, dukungan yang diberikan juga berbentuk penyediaan fasilitas serta infrastruktur pendukung. Bentuk dukungan lainnya adalah peningkatan kualitas sistem daur ulang sampah untuk logam bio-limbah sambil tetap menjaga efisiensi pendanaannya. Pemerintah juga berkomitmen untuk membuat lebih banyak lagi wadah-wadah pemisahan sampah yang wajib dilakukan masyarakat dan perusahaan.

Di Indonesia, bila kita amati kota yang memiliki standar kebersihan dan layak untuk ditempati pada masa kini, tentu banyak yang akan memilih Daerah Istimewa Yogyakarta. Mengapa demikian? 20 % penduduknya adalah dari kalangan terdidik yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa, didukung juga oleh lingkungan yang nyaman dan tata kota yang terbilang bagus.

Jogja memiliki standar kebersihan dan sistem pengelolaan lingkungan cukup baik. Dibandingkan kota besar lainnya seperti Jakarta, Surabaya, Bali yang kondisinya sudah memprihatinkan. Ketua Pusat Kajian Persampahan Indonesia (PKPI) Sodiq Suhardianto mencatat dalam waktu dua hari saja sampah di Ibukota Jakarta bisa mencapai 56 kubik atau jika dikubikasi melebihi Candi Borobudur. Penerapan UU Nomor 18/2008 tentang sampah belum maksimal dilakukan.

Untuk Yogyakarta sendiri khusunya di Bantul, salah satu warganya berinisiatif mendirikan Bank sampah yakni ide mengelola sampah seperti mengelola uang di Bank konvensional. Sebuah ide yang patut diapresiasi. Para peserta sampah disebut nasabah, setiap nasabah datang dengan tiga kantong yang berbeda, kantong pertama berisi sampah plastik, kantong kedua adalah sampah kertas dan kantong ketiga berisi kaleng dan botol. Kemudian, ketiga sampah tersebut ditimbang, setelah ditimbang nasabah akan mendapatkan bukti setor dari petugas layaknya teller bank. Bukti setoran tersebut menjadi dasar perhitungan nilai Rupiah sampah yang kemudian dictat dalam buku tabungan nasabah.

Setelah sampah yang terkumpul cukup banyak, petugas bank sampah akan menghubungi pengumpul barang bekas. Tak semua sampah nasabah bisa disetorkan, hanya sebagian diantaranya. Sampah plastik bekas sperti pembungkus makanan dan gabus kemudian diolah menjadi aneka produk seperti tas, dompet dan rompi. Kesuksesan Bank Sampah Gemah Ripah di Dusun Bandengan, bantul, Yogyakarta ini telah menginspirasi daerah lain di Indonesia. Kini, konsep Bank Sampah telah diterapkan di lebih dari 20 Desa di Bantul, melibatkan sekitar 1000 keluarga.

Namun, secara umum masih banyak keluarga yang tetap menyatukan sampah organik dan non organik di Yogyakarta. Walau kesadaran dalam budaya membuang sampah masyarakatnya terbilang cukup baik dibanding beberapa kota besar lain di Indonesia, sampah yang berserakan masih saja terlihat di lingkungannya. Jika dibandingkan dengan negara Jerman, Jogja masih kalah saing, sikap monokromik ketepatan masalah waktu, disiplin, olahraga dan kemandirian belum melekat dalam diri masyarakat Yogyakarta.


 
 
 

コメント


FOLLOW ME

  • Black Facebook Icon
  • Black Twitter Icon
  • Black Instagram Icon
  • Black Pinterest Icon
  • Black YouTube Icon

STAY UPDATED

POPULAR POSTS

TAGS

  • White Facebook Icon
  • White Twitter Icon
  • White Instagram Icon
  • White Pinterest Icon
  • White YouTube Icon

© 2023 by Annie Branson. Proudly created with Wix.com

bottom of page